Catatan Perjalanan :
Keliling
Setengah Amerika
23.
Jalan-jalan Sore Di Alun-alun Harvard
Hari
Sabtu, 8 Juli 2000, sekitar jam 9:00 pagi kami meninggalkan
hotel. Pagi itu kami harus meninggalkan kota New York dan
melanjutkan perjalanan cukup panjang menuju utara. Rencana awal
saya, hari itu ingin mencapai kota Rutland di negara bagian
Vermont. Namun menyadari panjangnya jarak, yaitu sekitar 550 mil
(880 km), saya mengantisipasi dengan membuat rencana alternatif
untuk menginap di kota sebelumnya jika ternyata memang perjalanan
tidak lancar.
Dari
hotel saya langsung saja mengambil jalan Eighth Avenue menuju
utara dan saya merencanakan untuk melewati Central Park sebelum
meninggalkan Manhattan. Karena itu ketika jalan Eighth Avenue
yang berada di sisi barat Central Park bertemu dengan jalan 81st
Street, saya lalu membelok ke timur yang berarti masuk ke Central
Park melalui jalan Trans Road No. 2.
Jalan
ini melintas Central Park kira-kira di pertengahannya. Sampai di
sisi timur Central Park, melalui jalan Madison Avenue saya
membelok lagi ke arah utara hingga bertemu dengan jalan Harlem
River. Akhirnya saya sampai di jalan bebas hambatan Interstate 95
yang menuju ke arah timur melintasi wilayah The Bronx.
Berada
di jalan Interstate 95 pagi itu, kami langsung berada di jalur
lalu lintas yang cukup padat dan bergerak cepat. Menjelang ujung
timur wilayah The Bronx saya membelok ke jalan bebas hambatan
Hutchinson River Parkway yang menuju ke utara. Tiba-tiba arus
lalu lintas berubah menjadi lambat. Kondisi ini berlangsung cukup
lama, sehingga saya mulai khawatir akan kehilangan waktu.
Jalan
bebas hambatan yang semula empat lajur semakin ke utara akhirnya
berubah menjadi tinggal dua lajur, tapi lalu lintas tetap saja
bergerak lambat. Ternyata ada pekerjaan perbaikan di sebuah jalan
layang yang menyebabkan satu lajur ditutup. Rupanya ini yang
menjadi bottleneck, karena setelah itu saya baru dapat
melaju dengan kecepatan maksimum, meskipun sempat kehilangan
waktu sekitar satu jam.
Memasuki
perbatasan dengan negara bagian Connecticut yang mempunyai nama
julukan Constitution State dengan ibukotanya di
Hartford, jalan Hutchinson River Parkway bersambung dengan jalan
Merrit Parkway, yang selanjutnya menyambung ke jalan Wilbur Cross
Parkway. Tiba di kota kecil Hamden seharusnya saya membelok ke
tenggara berpindah ke jalan Interstate 91 untuk selanjutnya
kembali ke Interstate 95, namun rupanya saya kebablasan.
Segera
saya mengambil peta di sebelah saya. Dengan cepat saya pelajari
situasinya, lalu saya putuskan untuk terus saja menuju utara
karena rute ini nantinya juga akan menuju ke Interstate 95 dengan
beda jarak yang tidak terlalu jauh
Sudah
lewat tengah hari ketika saya memasuki wilayah negara bagian
Rhode Island dan akhirnya tiba di kota Providence, ibukota dari
negara bagian Rhode Island yang mempunyai nama julukan The
Ocean State. Tidak jauh lepas dari kota Providence, saya
tiba di perbatasan negara bagian Massachusetts yang mempunyai
nama julukan Bay State dengan ibukotanya di Boston.
Menjelang
memasuki kota Boston, dari Interstate 95 saya membelok ke timur
masuk ke Interstate 93 lalu mengambil exit ke utara menuju
jalan Blue Hill Avenue agar dapat melintasi pusat kota Boston.
Tujuan utama saya sebenarnya adalah ingin melihat-lihat kampus
MIT (Massachusetts Institute of Technology) dan Harvard
University. Dua buah perguruan tinggi bergengsi di Amerika yang
namanya cukup terkenal di dunia.
Akhirnya
saya sampai di jalan Massachusetts Avenue. Begitu menyeberang
jembatan Harvard yang melintasi sungai Charles, saya tiba di
wilayah Cambridge. Ada bangunan kuno yang tampak megah di kiri
dan kanan jalan, disitulah kompleks kampus MIT. Di sebelah timur
jalan adalah kampusnya, sedang di sebelah barat jalan berdiri
kapel MIT yang berstruktur batubata dengan menara loncengnya.
Sekolah
ini didirikan tahun 1861 oleh William Barton Rogers. dan baru
pada tahun 1916 pindah ke kompleks yang sekarang ini.
Bidang-bidang studi yang dipelajari di MIT di antaranya
Architechtur and Planning, Engineering, Humanities, Social
Science, Health Science and Technology juga Management.
MIT
hingga kini menjadi andalan Amerika di bidang riset dan
pengembangan khususnya yang berkaitan dengan industri elektronika
dan komunikasi. Pada tahun 1929, komputer yang pertama kali
dikembangkan di MIT, yang kemudian memantapkan posisinya sebagai
yang terdepan di bidang teknologi tinggi (hi-tech). Ditunjang
oleh semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang hi-tech
di wilayah ini, maka tidak heran kalau kota Boston bangga dengan
mengidentikkan dirinya sebagai A Tradition of Innovation.
Sekitar
tiga kilmeter agak ke utara dari kompleks kampus MIT, masih di
jalan Massachusetts Avenue dan masih berada di wilayah Cambridge,
saya sampai di kompleks kampus Harvard University. Kompleks
kampus ini terlihat lebih luas, dan dilingkungi oleh banyak
bangunan kuno. Di sekitar wilayah ini pula dapat dijumpai
bangunan-bangunan kuno yang masih berfungsi dan terurus dengan
baik. Sehingga melewati penggal jalan di kompleks kampus Harvard
University ini terasa benar kekhasannya seperti sedang berada
dalam lingkungan milieu yang berbeda.
Sekitar
jam 4 sore melewati pojok jalan Massachusetts Avenue, di sebelah
kiri adalah alun-alun Harvard (Harvard Square). Semula kami hanya
ingin lewat saja di daerah ini sambil melihat-lihat pemandangan
kota Boston, khususnya wilayah Cambridge. Namun tiba-tiba saya
berubah pikiran, di alun-alun Harvard seperti sedang ada
keramaian dan tampak banyak mahasiswa yang berkumpul dan
lalu-lalang di sana. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari
jalan Massachusetts Avenue, memutar melalui jalan belakang yang
berlawanan arah dan lalu mencari tempat parkir.
Jadi
juga kami jalan-jalan sore di alun-alun Harvard. Kerumunan orang
di alun-alun Harvard yang tadi saya lihat ternyata adalah
sekelompok orang yang sedang bermain musik tradisional Afrika.
Setelah itu, mereka menawarkan kaset dan CD rekaman dari musik
mereka. Mirip cara yang dilakukan oleh orang kulit hitam yang
menjual CD di Broadway, New York, kemarin malam. Karena memang
penampilan musik mereka menarik, makanya banyak pejalan kaki yang
umumnya mahasiswa tertarik untuk berkerumun menikmati sajian
musiknya.
Rupanya
tidak hanya kami berempat yang sore itu menjadi wisatawan di
alun-alun Harvard. Saya lihat ada beberapa bis wisata yang
berhenti di pinggir jalan dan lalu menurunkan rombongan pelancong
dari mancanegara, entah dari negara mana. Kami pun lalu
melanjutkan jalan-jalan sore menyusur sepenggal Massachusetts
Avenue, keluar-masuk toko untuk sekedar ingin tahu apa isinya
yang ternyata kebanyakan memang menjual barang cenderamata dengan
identitas Harvard University serta perguruan tinggi lainnya yang
ada di seputaran wilayah Cambridge.
Di
sudut-sudut alun-alun Harvard ini tersembunyi kekayaan budaya
campuran terutama Eropa, Amerika dan kultur dunia lainnya.
Trotoar bagi pejalan kaki yang tersusun dari batu bata membentang
menuju ke lebih 20 toko buku, 9 toko musik, serta lebih 100
restoran dan café dari berbagai etnis termasuk dari Asia seperti
Cina, India, Thailand, Korea, Jepang, dan kelihatannya belum ada
dari Indonesia.
Entah
kalau di belahan kota lainnya, karena saya dengar cukup banyak
mahasiswa Indonesia di sini. Selain itu, ada sekitar 9 museum, 4
gedung bioskop, 5 gelanggang seni, serta sering dijumpainya
pemusik jalanan yang berunjuk ketrampilan di pinggiran taman dan
trotoar di seputar alun-alun Harvard.
Kini,
wilayah Cambridge dimana alun-alun Harvard berada, tumbuh menjadi
wilayah perkotaan yang cukup padat. Berpopulasi lebih dari 95.000
jiwa, maka tidak mengherankan kalau ada lebih dari 50 bahasa di
dunia barangkali akan sering terdengar di sepanjang jalan dan
wilayah kota Cambridge. Khusus sore itu, bahasa Indonesia dan
Jawa ikut melengkapinya, paling tidak oleh percakapan kami
berempat.
Menyaksikan
para mahasiswa yang berlalu-lalang di alun-alun Harvard, serasa
membangkitkan kembali semangat untuk menuntut ilmu. Alangkah
beruntungnya mereka yang mempunyai kesempatan untuk menimba ilmu
di tempat ini dan negara maju umumnya. Dan alangkah sayangnya
kalau mereka yang berkesempatan itu kemudian tidak mampu
memanfaatkan ilmunya guna membangun bangsanya.
***
Universitas
Harvard adalah perguruan tertua di Amerika. Berdiri sejak tahun
1636, dan diberi nama Harvard untuk mengabadikan nama seorang
dermawan pertama bagi pendirian institusi ini yang bernama John
Harvard. Memulai aktifitas belajar mengajar dengan hanya sembilan
mahasiswa dan satu-satunya Master. Kini Universitas Harvard
mempunyai sekitar 18.000 mahasiswa kandidat gelar dan sekitar
13.000 mahasiswa peserta kursus-kursus non-gelar, serta menampung
sekitar 14.000 pekerja di lingkungan fakultas yang ada.
Universitas
Harvard boleh bangga telah melahirkan lebih banyak alumninya yang
menjadi Presiden Amerika mulai dari John Adams hingga John F.
Kennedy, melahirkan lebih banyak pemenang hadiah Nobel serta
hadiah Pulitzer, dibanding perguruan tinggi lainnnya di Amerika.
Kota
Boston yang berpopulasi sekitar 560.000 jiwa dan terletak pada
ketinggian 6 meter di atas permukaan laut, terkenal sebagai kota
pelajar. Ada paling tidak 32 perguruan tinggi di wilayah dalam
kota Boston dan sekitar 65 perguruan tinggi jika dihitung hingga
batas pinggiran luar kotanya. Karena itu setiap tahun, biasanya
di bulan September, populasi kota Boston membengkak dengan
sekitar 130.000 mahasiswa yang datang dari penjuru dunia,
termasuk Indonesia.
Dari
sensus tahun 1990 tercatat bahwa separuh dari penduduk Boston,
yang disebut Bostonian, adalah mahasiswa. Maka fakta kemudian
menunjukkan bahwa Boston mempunyai angkatan kerja yang
berpendidikan terbaik di seluruh Amerika.
Sore
itu, sekitar jam 5:00, kami meninggalkan alun-alun Harvard dan
kota Boston untuk melanjutkan perjalanan meninggalkan
Massachusetts. Massachusetts adalah negara bagian ke-18 yang kami
lewati hingga sore hari kedelapan perjalanan kami, setelah
sebelumnya hari itu melewati negara bagian Connecticut dan Rhode
Island.- (Bersambung)
Yusuf
Iskandar